Malaikat Mungil yang Mengubah Hidupku


Aku adalah seorang ibu rumah tangga. Ya, hanya itu. Aku tidak memiliki karir, jabatan, ataupun profesi. Kalaulah boleh dibilang, aku adalah seorang ibu profesional. 24 jam waktuku kuhabiskan untuk mengurus rumah, suami dan anakku. Aku bangun di waktu shubuh untuk mengambil air wudlu dan shalat shubuh dua raka’at, kemudian mulai mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci pakaian, mencuci piring, menyapu, mengepel lantai, menjemur, menyetrika pakaian, menyuapi anak, memandikan anak dan “hal remeh temeh” lainnya.
Usiaku 27 tahun tepat 14 Desember tahun ini. Aku sebenarnya seorang sarjana lulusan sebuah universitas yang cukup terkemuka di Surakarta. Dulu aku mengambil jurusan Psikologi. Tapi ilmuku kini entah menguap ke mana... Ilmu yang dulu kupelajari susah payah selama hampir 6 tahun tidak kugunakan lagi, paling-paling hanya ilmu tentang perkembangan anak yang kini kuingat-ingat untuk sedikit banyak mengasuh dan mendidik bayi mungilku yang kini baru berusia 9 bulan.
Ah... Bayi mungil itu sedang tidur pulas sekarang, saat aku menulis kisah ini. Namanya Razan, panggil saja Izan. Ia adalah seorang bayi laki-laki yang cukup montok. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat dengan mata bulat berwarna coklat tua yang amat jernih. Hidungnya mancung dan bibirnya kecil mungil. Alisnya cukup tebal, persis seperti papanya, mengingat mamanya bahkan tidak punya alis. Hahaha.
Sembilan bulan terasa singkat kulalui bersama Izan. Masih kuingat dengan jelas bagaimana payahnya aku melahirkannya dengan persalinan pervaginam dengan induksi. Bahkan terkadang aku masih merasa trauma membayangkan rasa sakitnya. Tapi alhamdulillah, aku bersyukur sekali Allah anugerahkan Izan di hidupku. Ia bagaikan malaikat kecil yang telah mengubah alur hidupku yang tadinya lambat menuju ritme yang lebih cepat dan rapat hingga hampir-hampir aku susah bernafas.
Dulu aku bisa dengan bebas pergi ke mana pun aku mau. Kerja sampingan sebagai guru les privat, sekedar berbelanja ke pusat perbelanjaan, ataupun kuliah. Tapi kini... Aku hanya pergi ke pasar untuk belanja sayur dan lauk untuk makan. Dulu aku bisa tidur sesukaku, sepuasku, terutama ketika lelah menghajar tubuh ini. Tapi kini... Bisa tidur 6 atau 7 jam sehari merupakan nikmat yang sungguh-sungguh luar biasa untuk ukuran seorang ibu.
Ya... Kehadiran Razan sungguh telah mengubah hidupku. Yang kurasakan kini terkadang sungguh kurang bermakna. Karena ternyata di mata orang lain, pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang sepele, tidak berarti, tidak menghasilkan. Bahkan mamaku bilang,” Untuk apa kamu sekolah tinggi-tinggi kalau pada akhirnya hanya menjadi ibu rumah tangga? Lulusan SD saja bisa jadi IRT.” Sungguh kata-kata yang melukai egoku sebagai seorang wanita yang ingin mendedikasikan hidupnya untuk dengan sepenuh hati mengurus anaknya, melihat dan mendampingi anaknya untuk tumbuh dan berkembang.
Sejatinya bisa saja aku menitipkan Razan pada neneknya, untuk aku kemudian bekerja di luar sana. Tapi entah kenapa batinku menolak. Selalu menolak jika aku harus berpisah dengannya... Bagaimana kalau nanti dia menangis mencariku. Bagaimana kalau nanti dia tidak mau makan jika bukan aku yang menyuapi. Bagaimana kalau nanti ia jadi menjauh dariku, dan malah menjadi anak neneknya. Dan seribu pertanyaan bagaimana kalau yang berkecamuk di benakku setiap kali keinginan bekerja itu muncul.
Maka kukuatkan jiwaku. Razan adalah malaikat mungil yang bergantung padaku. Maka akupun tidak akan meninggalkannya. Biarlah aku ibunya yang mengurusnya: menyambutnya di pagi hari saat ia bangun tidur, memandikannya, memakaikannya pakaian, memasak makanannya, menyuapinya, membersihkan bekas pup nya, mengajaknya bermain, membacakannya buku dan... MELIHATNYA TUMBUH DAN BERKEMBANG. Biarlah aku dicemooh karena tidak menghasilkan uang sebanyak mereka yang bekerja kantoran. Toh aku memiliki Razan. Ia membayarku dengan senyuman!

“Being a full time mother is the highest salaried job in the world, since the payment is PURE LOVE”


Bekasi, 5 Oktober 2017


Comments

  1. Super sekali mama izan..
    Tetap semangat ya to be full time mother..

    Entah akan berkarier atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi seorang Ibu.
    Ibu - ibu smart akan menghasilkan anak - anak yang smart..

    We love you mom..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu semangat! Karena karir tidak harus kerja kantoran 😄

      Delete
  2. Full time mother, the payment pure love from the kids, 😀
    Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, semoga Bu Vera dan keluarga diberikan kesehatan dan kemudahan dalam menghadapi setiap masalah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin... Doa yg sama untukmu, Pak Rafi... Terima kasih banyak support nya...

      Delete
  3. Vera..envy banget bs jadi full mom. Kalau untuk anak apa aja bisa diberikan. Semangat mom

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Rezki... Support mu sungguh berarti buatku. Semangat juga ya buat kamu! Bekerja membantu suami juga sangat mulia, lebih2 jika pandai membagi waktu untuk urusan pekerjaan dan anak. Hebat!

      Delete

Post a Comment